EQOZMEDIA.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 5,02% ke 6.146 saat sesi perdagangan pertama, Selasa (18/3/2025). Bursa Efek Indonesia (BEI) lantas ambil langkah melakukan trading halt pada pukul 11.19 WIB waktu Jakarta Automated Trading System.
Trading halt merupakan penghentian sementara perdagangan saham yang terjadi ketika IHSG mengalami penurunan yang signifikan. Kebijakan ini bertujuan untuk menangani situasi darurat dan menjaga kelancaran, keadilan, serta efesiensi transaksi saham.
Penghentian sementara perdagangan saham di BEI pernah terjadi sebelumnya ketika perekonomian Indonesia lesu akibat pandemi COVID-19, Maret 2020. Merujuk data BEI, trading halt kala itu pertama kali diberlakukan pada 9 Maret 2020 saat IHSG anjlok 6,58% ke posisi 5.136.
Kepala BEI Perwakilan Sulawesi Tengah, Putri Irnawati, memberikan tanggapan terkait penghentian sementara perdagangan atau trading halt yang terjadi kali ini.
“Sejak awal tahun sampai kemarin, IHSG sudah tertekan cukup dalam. Data menunjukkan, per kemarin, IHSG telah turun sebesar 8,59% (ytd). Pada hari ini, IHSG turun cukup dalam, yaitu lebih dari 5% dan menyebabkan trading halt sepanjang 30 menit,” ujar Putri Irnawati kepada eqozmedia.id.
Menurutnya, penyebab penurunan IHSG tersebut dapat berasal dari internal maupun eksternal. “Secara eksternal, sentimen penekan IHSG datang dari ketidakpastian dan dinamika global yang dipengaruhi oleh isu-isu ekonomi, seperti perang dagang, eskalasi geopolitik, kebijakan suku bunga yang bersifat higher for longer, dan lain-lain,” jelas Putri
Sementara itu, dari sisi internal, pasar memantau defisit APBN yang diumumkan oleh pemerintah beberapa hari yang lalu. “Beberapa perkembangan indikator ekonomi juga masih menjadi perhatian pasar, seperti pelemahan rupiah, deflasi, penurunan penerimaan pajak, dan lain-lain. Pasar juga menunggu perkembangan implementasi beberapa rencana strategis pemerintah,” tambahnya.
Putri Irnawati juga menyoroti valuasi saham-saham di BEI yang saat ini sudah rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya.
“Saat ini rasio P/E saham-saham di BEI sudah rendah, yaitu pada angka 10. Paling rendah di antara negara ASEAN lain. Kami mengimbau kepada investor agar cermat melihat kondisi fundamental dan selalu rasional dalam mengambil keputusan,” tutupnya.
IHSG sempat anjlok hingga menyentuh titik 7,11% ke 6.011,84 kala sesi pembukaan kembali setelah trading halt. Namun, kondisi tersebut jadi lebih membaik sehingga perdagangan Selasa (18/3) akhirnya ditutup pada angka 3,84% ke level 6.223.
Kurun sepekan terakhir, IHSG tercatat turun 4,93%. Sedangkan sejak awal tahun, IHSG turun 12,1%. Dengan kondisi pasar yang terus berfluktuasi, investor diharapkan dapat tetap tenang dan mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi sebelum melakukan transaksi di pasar modal.
**
Penulis: Retno Tandi Rerung | Editor: Andi Baso