Saham BUMN Melemah Usai Peluncuran Danantara, Rosan Roeslani: Wajar

Rosan Roeslani (tengah) Chief Executive Officer didampingi oleh Dony Oskaria (kiri) sebagai Chief Operating Officer dan Pandu Sjahrir (kanan) sebagai Chief Investment Officer. FOTO: Dok. Kementerian Sekretariat Negara (Setneg) / eqozmedia.id
Ukuran Tulisan-+=

EQOZMEDIA.ID – Sejumlah saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengalami pelemahan harga di pasar modal setelah peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) pada 24 Februari 2025 lalu. Kondisi ini menuai perbincangan hangat dengan berbagai spekulasi dari kalangan investor pasar modal mengenai keterkaitan antara keduanya.

Diketahui bahwa Danantara dipastikan menaungi BUMN beraset jumbo, seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT PLN (Persero), dan MIND ID.

Menanggapi hal ini, CEO Danantara sekaligus Menteri Investasi RI, Rosan Roeslani, menilai pergerakan saham yang naik dan turun merupakan hal wajar. Tren penurunan harga saham bukanlah hal yang mengejutkan, melainkan bagian dari dinamika pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.

“Ada banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan saham, mulai dari faktor teknikal, fundamental, hingga kondisi pasar secara keseluruhan,” ujar Rosan dilansir dari IndikatorBisnis.com, Kamis (27/2/2025).

Rosan tetap optimistis bahwa kondisi pasar saham akan segera membaik. Menurutnya, valuasi beberapa saham big cap (saham berkapitalisasi besar) kini berada pada level yang lebih menarik bagi investor.

“Saya meyakini bahwa ke depannya saham kita akan naik. Kenapa? Karena valuasi dari saham-saham kita ini sudah menjadi sangat-sangat affordable, sangat-sangat baik,” kata Rosan.

Ia juga menegaskan bahwa meskipun terjadi koreksi dalam jangka pendek, potensi pemulihan tetap ada, terutama jika fundamental perusahaan tetap kuat.

Selain faktor teknikal dan fundamental dalam negeri, Rosan juga menyoroti dampak faktor eksternal terhadap pergerakan saham BUMN. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pasar adalah keputusan Morgan Stanley yang memangkas peringkat saham MSCI Indonesia dari equal weight menjadi underweight.

Pemangkasan peringkat ini disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian dalam iklim ekonomi domestik. Keputusan Morgan Stanley ini tertuang dalam laporan mereka yang dirilis pada 19 Februari 2025.

Meskipun demikian, Rosan menilai pergerakan saham, baik naik maupun turun, adalah bagian dari dinamika pasar modal yang normal. Ia mengingatkan bahwa investasi di pasar saham harus dilihat dalam jangka menengah hingga panjang, bukan hanya berdasarkan pergerakan jangka pendek.

“Tetapi percaya, saya meyakini saham kita akan rebound kembali, akan kembali naik. Karena kenapa? Kalau saya ini investasi, saya percaya dengan fundamental,” tuturnya.

Peluncuran BPI Danantara yang baru saja dilakukan diyakini dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi nasional, terutama dalam mendorong investasi di sektor strategis. Danantara diharapkan dapat menjadi jembatan antara investor dan proyek-proyek infrastruktur yang membutuhkan pendanaan jangka panjang.

Sebelumnya, peluncuran Danantara dilakukan di Istana Negara dengan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Presiden terpilih Prabowo Subianto, serta Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Keberadaan Danantara sebagai badan pengelola investasi dinilai menjadi langkah strategis dalam memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia, khususnya dalam menghadapi ketidakpastian global yang berdampak pada pasar modal dan investasi.

Dengan valuasi saham yang semakin menarik serta fundamental ekonomi yang kuat, Rosan optimistis bahwa pasar saham Indonesia akan segera mengalami pemulihan dalam waktu dekat.

**

Editor: Agung Ramadhan

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top